Tidak selama dan semuanya menjadi Pembantu Rumah Tetangga (PRT) di luar negeri bernasib buruk. Jika beruntung dan bisa mengelola keuangan, maka bisa memiliki rumah sendiri. Ini dialami beberapa PRT yang bekerja di Inggris.
Hima, perempuan yang sudah puluan tahun bekerja sebagai TKW, awalnya tinggal di rumah majikan, kemudian mengontrak tempat tinggal yang digunakan sehabis kerja dan begitu tabungan cukup, dia membeli rumah sendiri.
Kini Hima tidak hanya memiliki rumah tiga lantai di London timur yang ditempati tetapi juga membeli lagi apartemen untuk disewakan.
"Kalau tujuh tahun lalu aku dapat gaji sebulan sekitar £ 1.350 (sekitar Rp 18 juta), tiga tahun sekarang sudah lain karena dapat pekerjaan lain. Alhamdulillah lebih dari cukup," tutur Hima, seperti dilansir BBC.
Selain Hima, ada juga Koidah yang juga merasa beruntung bisa bekerja di Inggris meski sebagai pembantu rumah tangga. Sebelumnya Koidah bekerja di Arab Saudi dan dibawa majikan ke Inggris.
"Di Arab Saudi gaji hanya SAR 600 (sekitar Rp 1,5 juta) per bulan. Di Inggris, kadang-kadang majikan kasih £ 200 per minggu berarti £ 800 ( sekitar Rp 11 juta) per bulan," kata Koidah.
Kesejahteraan
Dari gaji bulanan gaji bersih £ 800, Koidah mengirim £250 ke keluarga di Indonesia dan sisanya untuk makan, bayar kontrak dan keperluan sehari-hari lainnya.
"Saya happy (senang) kerja di London karena majikan dulu orang Arab dikasih (dipotong) pajak, majikan orang Yahudi juga dipotong pajak per bulan. Tapi setelah keluar (ganti majikan, bosku tiga bulan sekali bayar," kata Koidah.
Ida
Gaji £ 800 di luar pajak penghasilan tersebut tergolong tinggi bagi standar di Indonesia atau bahkan standar negara-negara tujuan resmi pengiriman TKI seperti negara-negaar Arab, Malaysia, Singapura dan Hong Kong, tapi biaya kehidupan di Inggris memang tinggi dan ada peraturan ketenagakerjaan yang menetapkan upah minimum nasional sebasar £ 5.80 per jam.
Berdasarkan sebuah survei tahun lalu, London masuk salah satu dari 20 kota termahal di dunia.
Namun jelas kesejahteraan mereka lebih tinggi dan mereka mampu meningkatkan taraf kehidupan mereka dan keluarga.
Hima dan Koidah masing-masing mempunyai dua anak di Indonesia dan mereka semua belajar di perguruan tinggi.
Mungkin dengan ketrampilan yang mereka miliki, lapangan pekerjaan pembantu rumah tangga yang paling berpeluang mendatangkan penghasilan layak walau setelah mengantongi izin tinggal menetap mereka tidak harus bekerja sebagai pekerja domestik.
Izin tinggal diberikan biasanya setelah mereka bekerja selama lima tahun berdasarkan peraturan beberapa tahun lalu, atau enam tahun berdasarkan peraturan sekarang.
Di bawah standar
Hanya berbeda dengan pembantu Filipina, sebagian besar pembantu Indonesia tidak lancar berbahasa Inggris dan faktor ini juga mempengaruhi standar gaji.
"Aku bahasa Inggrisnya cuma sedikit-sedikit, tidak begitu bisa soalnya baru enam bulan bekerja untuk orang kulit putih," kisah Koidah yang sebelumnya bekerja untuk majikan keluarga berbahasa Arab.
Sumber : www.nonblok.com
Baca Selanjutnya "TKW Punya Rumah dan Apartemen di London..."